Senin, 05 November 2012

Asal Mula Kota Ciamis

Banyak tulisan sudah diterbitkan di alam maya mengenai asal usul nama Ciamis. Beberapa diantaranya mungkin berasal dari sumber yang sama, dan diterbitkan ulang dengan alasan dan semangat yang sama, yakni rasa cinta pada tanah kelahiran.

Akhir-akhir ini perbincangan tentang pengembalian nama Kabupaten Ciamis menjadi Kabupaten Galuh kembali menghangat. Beberapa kalangan mengusung ide perubahan nama ini sebagai momentum pengembalian semangat kejayaan Tatar Galuh jaman dulu.

Artikel yang diterbitkan dalam blog Kang Permana menyebutkan bahwa nama Galuh sudah hidup selama sembilan abad, dimulai ketika Wretikandayun mulai mendirikan kerajaan tersebut. Pakar sejarah bahkan menyatakan nama Galuh, yang diantara artinya adalah permata, sudah hidup lebih tua dari itu karena tercatat dalam legenda dan dongeng prasejarah.

Kerajaan Galuh sangat disegani karena kebesarannya, dengan puncak keemasannya di masa pemerintahan Niskala Wastu Kancana yang bertahta di Kawali. Nama Galuh juga dihormati meski wilayah tersebut berubah menjadi daerah jajahan kerajaan Mataram dan berubah menjadi hanya level kabupaten. Kabupaten ini bahkan tetap diakui pamornya ketika Kangjeng Prebu (RAA Kusumadiningrat) menjadi bupati Galuh (1839-1886), meski tanah Jawa berada dibawah kekuasaan kolonial Belanda.

Asal usul nama Ciamis konon tidak jelas dan belum ditemukan dasarnya. Dr. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A, sejarawan dari Unpad Bandung, menyebut nama Ciamis mungkin diperkenalkan orang Jawa karena sungai di wilayah Galuh banyak ikannya. Kata 'amis' dalam bahasa Jawa berarti anyir. Ada pula pendapat, konon anyir tersebut bukan menunjuk pada ikan, tetapi bau darah tertumpah pada saat pertempuran. Bagi Dr. Sobana, jika penyebutan Ciamis didasarkan pada sejarah yang berkaitan dengan bau darah, maka hal tersebut dapat dikatakan cemoohan dan pelecehan.

Konon tahun 1739 pernah terjadi penyerbuan dan penjarahan di daerah Ciancang, oleh ratusan orang yang datang dari Banyumas, Jawa Tengah sekarang. Pasukan Ciancang yang dibantu prajurit dari Sukapura, Limbangan, Parakan Muncang dan Sumedang dapat menumpas para penyerbu, dan banyak penjarah yang tewas terbunuh.

Nama Ciamis mulai digunakan ketika Tatar Galuh pada tahun 1915 dilepaskan dari wilayah Karesidenan Cirebon dan dimasukkan kedalam Karesidenan Priangan. Perlahan tapi pasti nama Galuh hilang dari pencatatan dan administrasi pemerintahan kolonial Belanda.

Kini, lebih dari seratus tahun kemudian, perbincangan tentang nama Ciamis kembali menghangat, terlebih sejak Kabupaten Pangandaran resmi disahkan berdiri. Beberapa pihak mengajak menghidupkan lagi pamor Galuh di masa lalu, dan mengimplementasikan nilai-nilai filosofis kegaluhan di masa kekinian.

Masalahnya upaya tersebut bukannya tanpa kritik dan pertanyaan. Mengubah nama Kabupaten Ciamis menjadi Kabupaten Galuh bukanlah persoalan gampang, karena akan membutuhkan energi yang besar. Energi tersebut jika disalurkan pada perubahan nama, akan menjadi ironi, karena pada saat yang sama masyarakat lebih mendambakan jalan yang mulus, fasilitas yang memadai, dan kesejahteraan yang tercukupi, daripada 'sekedar' mengurusi nama wilayah.

Pendapat seorang warga patut dipikirkan. "Berapa biaya yang akan dibutuhkan untuk mengubah KTP semua orang Ciamis?" tanyanya. Perubahan nama otomatis akan berdampak luas pada seluruh aspek administrasi dari mulai di pusat hingga di tingkat RT/RW. Belum lagi masalah-masalah lain yang menyertai perubahan.

Jumat, 02 November 2012

Kata MUTIARA



  • Kita lahir dengan otak didalam tengkorak kepala kita. Sehingga kita tidak peduli semiskin mana pun kita ,kita tetap kaya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat mencuri otak kita, pikiran dan idea kita. Dan apa yang ada pikirkan dalam otak anda jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan .
  • Kita lahir dengan 2 mata dan 2 telinga, tapi kita hanya di beri 1 buah mulut kerana mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan. Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya. 
  • Agama menjadi sendi hidup, pengaruh menjadi penjaganya. Kalau tidak bersendi, runtuhlah hidup dan kalau tidak berpenjaga, binasalah hayat. Orang yang terhormat itu kehormatannya sendiri melarangnya berbuat jahat.
  • Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca kerana membaca itu sumber hikmah menyediakan waktu tertawa kerana tertawa itu muziknya jiwa, menyediakan waktu untuk berfikir kerana berfikir itu pokok kemajuan, menyediakan waktu untuk beramal kerana beramal itu pangkal kejayaan, menyediakan waktu untuk bersenda kerana bersenda itu akan membuat muda selalu dan menyediakan waktu beribadat kerana beribadat itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa. 
  • Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahsia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan. Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan. Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan. Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan. Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati. Ambillah waktu untuk memberi, itu adalah membuat hidup terasa bererti. Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan. Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju syurga. 

          Jum'at, 02 November 2012                                  
                                                                                                 

                                                                                  Muhammad Ahadiat Faridz